Hiperarousal: Keadaan Siaga Tinggi yang Melelahkan

Hiperarousal: Keadaan Siaga Tinggi yang Melelahkan

Hiperarousal adalah kondisi di mana tubuh dan pikiran seseorang berada dalam keadaan siaga tinggi secara terus-menerus, meskipun tidak ada ancaman nyata. Ini seperti alarm tubuh yang terus berbunyi, bahkan ketika tidak ada bahaya. Kondisi ini sering dikaitkan dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD), namun juga bisa muncul pada kondisi kesehatan mental lainnya.


Apa itu Hiperarousal?

Hiperarousal merupakan salah satu dari tiga kelompok gejala utama PTSD. Ketika seseorang mengalami trauma, tubuhnya akan merespons dengan melepaskan hormon stres. Respons ini bertujuan untuk membantu individu menghadapi situasi berbahaya. Namun, pada penderita PTSD, respons ini dapat terus berlanjut meskipun trauma sudah berlalu, menyebabkan kondisi hiperarousal.


Gejala Hiperarousal

Gejala hiperarousal dapat bervariasi dari orang ke orang dan dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Beberapa gejala umum meliputi:

  • Gangguan tidur: Sulit tidur, sering terbangun di malam hari, atau mengalami mimpi buruk.
  • Kesulitan berkonsentrasi: Sulit fokus pada tugas-tugas, mudah terganggu, atau merasa pikiran melayang.
  • Irritabilitas: Mudah marah, tersinggung, atau mengalami ledakan emosi.
  • Kegelisahan: Merasa gelisah, tidak tenang, atau seperti "siap melompat".
  • Mudah terkejut: Bereaksi berlebihan terhadap suara keras atau sentuhan ringan.
  • Peningkatan kewaspadaan: Selalu merasa waspada terhadap bahaya, bahkan di lingkungan yang aman.
  • Perilaku merusak diri: Seperti mengemudi ugal-ugalan atau penggunaan zat adiktif.


Penyebab Hiperarousal

Penyebab utama hiperarousal adalah trauma. Trauma dapat berupa peristiwa tunggal yang sangat traumatis, seperti kecelakaan parah atau kekerasan fisik, atau peristiwa berulang yang menyebabkan stres kronis, seperti pelecehan atau bencana alam.


Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hiperarousal meliputi:

  • Riwayat trauma: Semakin sering atau semakin parah trauma yang dialami, semakin tinggi risiko hiperarousal.
  • Riwayat keluarga: Jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kecemasan atau PTSD, risiko seseorang juga meningkat.
  • Dukungan sosial yang lemah: Kurangnya dukungan dari keluarga dan teman dapat memperburuk dampak trauma.


Penting untuk diingat:

  • Setiap orang mengalami trauma secara berbeda. Apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak berhasil untuk orang lain.
  • Pemulihan membutuhkan waktu. Jangan menyerah jika gejala tidak segera membaik.
  • Carilah bantuan profesional. Terapis atau psikiater dapat memberikan dukungan dan bimbingan yang dibutuhkan.


Pencegahan

Meskipun tidak selalu dapat dicegah, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko hiperarousal, seperti:

  • Mencari dukungan sosial: Berbicara dengan teman, keluarga, atau kelompok pendukung dapat membantu mengatasi stres dan trauma.
  • Mempelajari keterampilan mengatasi stres: Teknik relaksasi dan mindfulness dapat membantu mengelola emosi dan mengurangi kecemasan.
  • Menjaga kesehatan fisik: Olahraga teratur, makan makanan sehat, dan tidur yang cukup dapat meningkatkan kesehatan mental.


Hiperarousal adalah kondisi yang dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Namun, dengan pengobatan yang tepat, banyak orang dengan hiperarousal dapat pulih sepenuhnya. Jika mengalami gejala hiperarousal, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.


Disclaimer: Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran medis. Selalu konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan lainnya untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.



Yuk tetap jaga kesehatan kita dengan hidup bersih dan sehat, Informasi Kesehatan ada di  https://rspp.co.id/artikel.html. 


Jika mengalami keluhan kesehatan segera  periksakan ke RS Pusat Pertamina. Untuk reservasi melalui call center di 150442 atau melalui website https://rspp.co.id.



Salam sehat